Selasa, 26 April 2016

Cuma Cinta Cuma-Cuma

Cuma Cinta Cuma-Cuma

Yoza Sembodo, tak ada yang tak kenal dengan Yoza Sembodo di sekolahnya. Yoza anak pertama dari keluarga pengusaha kaya, Agung Sembodo. Dia tipe laki-laki yang flamboyan, begitu menarik. Meskipun baru 17 tahun, pesona Yoza telah memikat kaum hawa di sekolahnya. Mungkin tak hanya di sekolahnya, di tempat les atau tempat nongkrong, dia selalu terlihat menarik.
            Sekilas, Yoza terlihat begitu sempurna. Tapi, benarkah dia sempurna? Pastinya tidak. Karena tak ada manusia yang sempurna. Yoza bukan siswa yang pandai. Ia masuk dalam program ilmu alam di sekolahnya karena bantuan sahabatnya. Rithalia. Alia sahabat terbaik Yoza yang selalu bersedia membantunya. Persahabatan itu terjalin sejak mereka masih kecil karena rumah mereka berdekatan. Meskipun Alia bukan anak orang kaya seperti Yoza, Alia tak pernah minder karena ia memiliki kelebihan dibangding Yoza. Begitupun Yoza yang tak pernah merendahkan Alia karena ia sadar bahwa Alia yang selama ini membantu ia belajar.
            “Al, aku jadian sama Dian.” Curhat Yoza pada Alia ketika mereka belajar bersama di rumh Yoza.
            “Maksudmu Diandra?” Tanya Alia meyakinkan.
            “Yupz!” Jawab Yoza mantab dan bangga.
            “Kamu ‘kan belum sebulan putus dari Risa?” Alia masih belum percaya dengan Yoza.
            “Masa bodo! Cewek matre kayak Risa gak pantes ditangisi lama-lama.” Timpal Yoza agak ketus.
            “Iya sih! Tapi, apa Kamu yakin kalo Dian gak matre juga kayak mantan-mantanmu itu?” Tanya Alia.
            “Aku belum yakin sih! Tap, kita lihat dulu aja nanti.” Jawab Yoza meragu.
            “Aku Cuma mengingatkan saja. Banyak cewek yang tergila-gila padamu karena Kamu anak orang kaya. Memang sulit membedakan mana yang benar-benar mencintaimu sebagai dirimu sendiri atau yang hanya mencintai kekayaan orang tuamu. Wanita terlalu pintar bersandiwara.” Tutur Alia.
            Yoza terdiam seolah membenarkan perkataan Alia itu. Memang, dari sekian gadis yang pernah menjadi pacarnya tergolong materialistis. Sebenarnya dia jenuh dengan keadaannya sekarang. Terkadang dia berpikir, jika dia bukan anak dari orang kaya, akankah tetap banyak gadis yang mendekatinya? Tapi, ego mudanya untuk hura-hura masih begitu kuat untuk ditentang.
            Alia menepuk pundak Yoza yang tengah termenung itu. Yoza menatap lekat Alia yang tengah memamerkan senyum termanisnya. Tatapan itu menghujam dalam mengusik relung kalbu terdalam Alia.
* * *
            Yoza begitu asyik bercengkerama dengan Dian di perpus sekolah. Mereka asyik membahas majalah fashion yang biasa dibawa Dian. Semua siswa tahu bahwa Dian siswa yang stylish, modis dan entah apalagi sebutannya. Dia tak segan-segan mengeluarkan uang untuk penampilan terbaiknya.
            “Al, ayo gabung sini!” Ajak Dian pada Alia yang tengah duduk sendiri di bangku seberang agak jauh dari tempat Yoza dan Dian duduk.
            Alia tersenyum. Ia memang lebih menyukai Dian daripada pacar Yoza yang dulu. Hanya Dian yang mau bersikap baik padanya dan menganggapnya sebagai sahabat seperti Yoza. Pacar-pacar Yoza yang dulu tak pernah suka pada kedekatannya dengan Yoza. Dan hal itu juga membuat Yoza mudah untuk memutuskan pacarnya. Karena mau bagaimanapun, Yoza masih butuh Alia dan Yoza telah menganggap Alia sebagai saudaranya sendiri. Yoza pun juga menyuki sikap Dian yang baik pada Alia.
            Alia mendekat, kemudian duduk di dekat Dian dan Yoza.
            “Kenapa suka menyendiri sih, Al?” Tanya Dian enteng.
            Alia tersenyum. “Takut mengganggu.” Jawab Alia begitu polosnya.
            “Kamu gak ganggu kok. Malah asyik kalo makin banyak oang ‘kan makin rame gitu.” Sergah Dian.
            “Alah, Alia tuh menyendiri biar kalo pas baca novel terus nangis gak ada yang lihat.” Goda Yoza.
            Alia mendelik.
            “O, gitu! Berarti malah kita dong yang ganggu Alia?” Canda Dian.
            “Gak usah percaya omongan Yoza.” Balas Alia.
            “Ya udah deh! Lanjutin aja bacanya, Al.” Kata Dian menengahi.
            Alia kembali larut dalam suasana roman yang dibacanya. Dian yang Tak Kunjung Padam karya Sutan Takdir Alisjahbana. Namun, ia masih bisa dengar dengan jelas pembicaraan Yoza dan Dian.
            Sesekali Alia mengerutkan kening mendengar pembicaraan Yoza dan Dian karena Dian merengek untuk membeli suatu aksesoris yang ada dalam majalah yang dibawanya itu. Apalagi saat Yoza menyetujui dan berjanji akan membelikan aksesoris yang diinginkan Dian. Dalam hati Alia menyayangkan sikap Yoza yang memanjakan pacarnya. Sebagai seorang wanita, terkadang Alia juga ingin dimanja, tapi dia tahu bahwa tak selamanya kebahagiaan karena materi.
* * *
            “Udah ngeluarin berapa duit buat Dian?” Sindir Alia pada Yoza saat mereka tengah duduk-duduk santai di depan rumah Alia.
            “Ah, cuma beli bando sama jam tangan buat Dian. Gak mahal kok!” Balas Yoza.
            “Gak mahal? Kamu keterlaluan!” Timpal Alia jengkel.
            “Bagiku itu wajar.” Bela Yoza.
            “Coba bayangkan kalo orang tuamu gak setajir itu, apakah Kamu akan tetap katakan itu wajar?” Desak Alia.
            Yoza terdiam membenarkan Alia. Dia memang hanya bisa menghambur-hamburkan uang orang tuanya. Tapi, memang hasrat muda itu masih begitu sulit untuk ditentang.
            “Za, aku gak mau Kamu terus-terusan hanya dimanfaatkan pacarmu.” Ungkap Alia.
            Yoza tetap tak bergeming.
            Alia meraih tangan Yoza. Yoza menatap lekat Alia, terasa menghujam jantung. “Masih ada gadis yang mau mencintaimu sebagai dirimu sendiri, bukan Yoza Sembodo anak dari seorang pengusaha kaya Agung Sembodo.” Tutur Alia lembut.
            Yoza masih tak bergeming menatap sepasang mata yang mengalirkan air itu. Ada sedikit getaran terselip dibenaknya. Ia merasa sepasang mata itu menyiratkan sebuah asa yang terpendam dalam. Lama. Dengan segala kelelahan yang tergurat di wajah cantik gadis di hadapannya. Cinta.
* * *
Akhirnya Yoza meninggalkan Dian. Memang tak mudah untuk memberi pengertian pada Dian tentang alasannya untuk putus. Butuh waktu untuk membuat Dian mau menerima keputusannya itu. Entah. Yoza pun bingung, ia merasa begitu yakin Alia memiliki cinta yang lebih dibanding gadis lain. Ia merasa begitu yakin akan hal itu, mungkin karena ia sudah lama mengenal Alia. Ia sudah tahu pribadi Alia. Selama ini, Alia hanya mengagumi seseorang. Hendra Susilo. Pak Hendra, guru bahasa Indonesia di sekolahya. Dan Alia benar-benar patah hati saat pak Hendra menikah. Karena hal itu, Alia sakit selama sebulan, bahkan Alia pernah kepergok meminum racun serangga. Untung, Alia masih bisa diselamatkan.
Tragedi itu terjadi setahun lalu. Hingga kini, Yoza belum mendengar lagi Aia jatuh cinta. Tapi, kini ia yakin Alia jatuh cinta padanya. Dia yakin pada apa yang dirasakannya itu. Ia tahu, jika Alia jatuh cinta Alia akan mencintai orang itu sepenuh hatinya.
* * *
            Telah beberapa minggu Yoza dan Alia meresmikan hubungan mereka menjadi pacaran. Tentu saja ada cibiran atau kemakluman. Banyak yang mencibir karena mereka menganggap Alia memanfaatkan kepandaiannya untuk menggaet Yoza sehingga ia bisa ikut merasakan kekayaan orang tua Yoza. Bagi mereka yang memaklumi, mereka tahu Yoza dan Alia telah lama bersahabat baik. Sebuah kewajaran jika mereka saling jatuh cinta.
            Selama ini, Yoza yang sering mengajak Alia untuk keluar jalan-jalan. Orang tua Alia yang selama ini mengekang Alia, dengan senang hati mengizinkan putri bungsunya untuk keluar dengan Yoza. Mereka tahu siapa Yoza, mereka juga sangat mengenal keluarga Agung Sembodo.
            Yoza mengajak Alia makan di restoran yang mahal yang belum pernah Alia kunjungi sebelumnya. Yoza memanjakannya dengan membelikannya berbagai macam aksesoris. Alia yang lugu dan sederhana, dalam sekejap berubah menjadi modis. Alia menjadi terbiasa hidup dengan kemewahan yang Yoza berikan. Karena hal itu, Alia pun menjadi tak beda dengan pacar-pacar Yoza yang dulu.
            “Sepatunya bagus banget!” Ungkap Alia kagum saat ia kencan dengan Yoza di suatu mall.
            Sebagai lelaki, Yoza begitu tanggap dan langsung membelikan sepatu itu untuk Alia. Yoza makin merasa Alia tak beda dengan gadis lain yang suka pada kelimpahan materi yang dimiliki orang tuanya. Alia terlihat begitu materialistis saat berada di toko buku. Alia yang gemar membaca itu gemar memborong buku saat ia kencan dengan Yoza. Mau tak mau, Yoza yang membelikan semua buku yang diborong Alia.
            Yoza menyesal. Ia dulu meyakini bahwa Alia mencintainya bukan karena kekayaan orang tuanya, tapi itu salah besar. Alia sama dengan mereka. Gadis yang hanya mencintai kelimpahan materi orang tuanya. Ia juga tak pernah menyangka dengan sikap baru Alia itu. Alia yang jadi modis, gemar merengek meminta berbagai macam aksesoris. Alia yang update tentang novel, marayu dengan berbagai cara agar Yoza mau membelikannya novel terbaru. Bahkan Alia mau diajak makan jika di rumah makan yang mewah. Yoza merasa bahwa Alia jauh lebih matre daripada pacar-pacarnya yang dulu.
            Dan Yoza kini merasa begitu jenuh dengan dirinya sendiri. Berulang kali ia disukai dan dikejar-kejar gadis hanya karena kekayaan orang tuanya.
* * *
            “Alia....” Desah Yoza saat mereka berdua di taman belakang rumah Yoza.
            Alia tersenyum, memamerkan deretan gigi putihnya yang tertata manis. Yoza terpukau sesaat. Memang diakuinya, Alia terlihat jauh lebih cantik tapi menyebalkan.
            “Maaf, aku tak bisa melanjutkan hubungan kita.” Ungkap Yoza dengan hati-hati.
            “Maksudmu?”
            “Kita sambung tali yang sempat terikat erat ini menjadi sebuah persahabatn seperti dulu.” Terang Yoza. Segera ia menggigit bibirnya. Ia sebal dengan Alia, tapi ia juga tak tega menyakiti Alia.
            Tak seperti yang Yoza duga, Alia tampak tenang. Ia malah kembali memamerkan senyum termanisnya.
            “Boleh tahu apa alasanmu?” Tanya Alia dengan tenangnya.
            “Maaf, Al! Aku merasa Kamu tak beda dengan Dian, Risa atau mantan pacarku yang dulu. Kamu juga materialistis. Aku merasa Kamu bahkan lebih matre daripada mereka. Selama ini Kamu tak menyukai mereka karena mereka matre. Tapi, disaat Kamu berada dalam posisi yang sama dengan mereka, Kamu juga sama saja dengan mereka. Yang Kamu katakan kemarin tentang mereka itu, kurasa itu Cuma rasa irimu pada mereka yang kumanja. Kamu adalah sahabat terbaikku, tapi aku tak pernah memanjakanmu.” Yoza menjawab panjang lebar dengan hati-hati supaya tidak menyinggung perasaan Alia.
            Tapi, sedikit pun Alia tak terlihat tersinggung. Ia tampak begitu tenang. Tidak tergurat sedikit pun sakit hati di wajahnya.
            “Aku bisa menerima alasan dan keputusanmu itu, Za.” Ujar Alia.
            Yoza tercengang antara senang dan heran. Ia senang karena Alia tak tersinggung sehingga dia tak perlu tak enak hati dengan Alia. Tapi, dia heran. Alia beda dengan pacar-pacarnya yang dulu. Tak seperti Dian atau Risa atau mantannya yang lain yang tak bisa langsung menerima keputusannya untuk putus. Mereka berontak dan menangis dengan memohon dan mengeluarkan kata-kata gombal supaya Yoza tak jadi minta putus. Tapi, Yoza tahu itu hanya trik dan muslihat mereka saja. Namun, alia berbeda, alia langsung menerima keputusannya. Apakah pelajaran patah hati yang ia rasakan saat pak Hendra menikah mengajarkannya untuk tegar dan menyikapi sesuatu dengan bijaksana? Entahlah, karena Yoza hanya bisa menerka-nerka.
            “Tapi, aku mau pulang sebentar. Nanti aku kembali lagi. Kamu jangan ke mana-mana dulu.” Pamit Alia.
            Yoza memandangi punggung Alia yang makin terlihat jauh dan akhirnya tak terlihat lagi dengan berbagai pertanyaan yang belum ia temukan jawabannya.
            Tak lama kemudian, Alia datang membawa dua amplop coklat berukuran sama dan ketebalan yang berbeda.
            “Za, amplop ini berisi uang senilai Rp 3.754.000,00.” Ujar Alia dengan menyerahkan amplop tebal pada Yoza.
            Yoza menerima dengan ragu. “Maksudmu?”
            “Uang itu adalah uang yang Kamu keluarkan selama kita pacaran. Oya, amplop ini berisi catatan pengeluaranmu itu. Lengkap kok darri barang yang Kamu beli beserta harganya. Aku selama ini memang mencatat semua uang yang Kamu keluarkan untuk kencan kita. Aku harus mengambil seluruh tabunganku untuk mengembalikan semua uangmu ini.” Terang Alia dengan menyerahkan amplop yang satu lagi yang lebih tipis.
            Sedang Yoza menata Alia tak mengerti.
            Alia tersenyum renyah.
            “Selama ini, aku sengaja jadi matre untuk memberimu pelajaran. Aku tahu kalo Kamu pengen beli HP model terbaru, tapi tante tak mau membelikan karena Kamu baru dibelikan HP delapan bulan lalu. Tante bilang padaku, kalo beliau membolehkan Kamu untuk beli HP baru dengan uang tabunganmu sendiri. Tapi, selama ini Kamu lebih menuruti keinginan pacar-pacarmu sehingga tabunganmu terbuang sia-sia. Tante tahu itu, tapi tante diam saja. Hingga tante minta tolong padaku supaya aku bisa membuatmu lebih bisa memanfaatkan unag tabunganmu sebaik mungkin. Jumlah uang itu mungkin cukup untuk beli HP baru meski bukan merk HP terbaik.” Alia menuturkan semua akalnya untuk memberi pelajaran pada Yoza.
            Yoza tak bergeming. Ia tak menyangka bahwa Alia begitu baik dan perhatian padanya. Ia salah telah mengira Alia matre. Karena nyatanya Alia hanya ingin memberinya pelajaran atas utusan mamanya.
            “Maaf kalo aku mempermainkanmu, Za?” Pinta Alia dengan penyesalan dan rasa tak enak hati yang menggayut.
            “Harusnya aku yang berterima kasih padamu, Al!” Balas Yoza dengan tetap menunduk, tak berani menatap Alia karena merasa begitu keliru.
            “Itulah gunanya sahabat, Za! Meluruskan saat sang sahabat salah berbelok arah.” Ungkap Alia sembari mengusap punggung Yoza.
            Yoza ,meraih tangan Alia dan meremasnya pelan. Menatap tajam ke bola mata Alia. “Jadi, selama Kamu berpacaran denganku, Kamu tak pernah mencintaiku?” Tanya Yoza dengan berkaca-kaca.
            Alia tersenyum.
            “Biarkan aku sendiri dengan duniaku, Za!” Jawab Alia dalam hati.
            Yoza makin menatap tajam, menghujam dalam bola mata Alia. Namun, Alia malah melepaskan tangannya dari genggaman Yoza.
            Sekali lagi, Alia tersenyum. “Tak selamanya kebahagiaan karena materi. Cinta tak butuh materi, Za.” Desah Alia.

            Lalu, Alia melenggang membiarkan Yoza sendiri yang setengah mati mencoba mencerna perkataan Alia.

judul saya adaptasi dari sebuah kumpulan surat cinta yang pernah saya baca. maaf, lupa dengan nama penulisnya.
*zalinggar* pecinta sastra

Kamis, 07 April 2016

Kalimat Bijak Ayu Utami dalam Saman

Kalimat Bijak Ayu Utami dalam Saman


҉ Dunia ini penuh dengan orang jahat yang tidak dihukum. Mereka berkeliaran. Sebagian karena tidak tertangkap, sebagian lagi memang dilindungi, tak tersentuh hukum, atau aparat.
҉ Kasih adalah suatu pengalaman yang tidak bisa diringkus dalam kata-kata.
҉ Adakah keindahan perlu dinamai?
҉ Banyak orang jahat di dunia ini, tapi juga selalu banyak orang baik yang memperhatikan aku di sekelilingku.
҉ Dan Timur dan Barat pastilah konsep yang amat ganjil, sebab kita berbicara tentang kesopanan sambil telanjang.
҉ Di negeri ini seks adalah milik orang dewasa lewat penikahan.
҉ Banyak hal dengan mudah terlupakan, seperti kita sama sekali lupa kenapa kita tidak bisa mengingatnya lagi. Sesuatu bisa begitu saja hilang dari ingatan, seperti arwah, seperti mimpi. Kita cuma bisa merasakan jejaknya pada diri kita tanpa bisa mengenalinya lagi. Kita tinggal benci, kita tinggal marah, tinggal takut, tinggal cinta. Kita tak tahu kenapa.
҉ Tapi mencari suami memang seperti melihat toko perabot untuk setelan meja makan yang pas buat ruangan dan keuangan. Kita datang dengan sejumlah syarat geometri dan bujet. Sedangkan kekasih muncul seperti sebuah lukisan yang tiba-tiba membuat kita jatuh hati. Kita ingin mendapatkannya, dan mengubah seluruh desain kamar agar turut padanya. Laila selalu jatuh cinta pada lukisan, bukan meja makan.
҉ Tak pernah ada yang salah dengan cinta. Ia mengisi sesuatu yang tidak kosong. Tapi yang terjadi di sini adalah asmara, yang mengosongkan sesuatu yang semula ceper. Dengan rindu. Belum tentu nafsu.
҉ Tapi semua itu saya kira hanya bisa kita pakai untuk mengenali cintakasih. Jika kita menggunakannya sebagai pedoman, maka yang terjadi adalah sebuah hukum baru yang datang dari luar tubuh manusia, yang tidak dialami melainkan diterapkan. Kesucian, bahkan kesederhanaan, yang dipaksakan sering kali malah menghasilkan inkuisitor yang menindas dan meninggalkan sejarah hitam. Karena itu saya percaya bahwa Tuhan tidak bekerja dengan memberi kita loh batu berisi ide-ide tentang dirinya dan manusia. Tuhan bekerja dengan memberi kita kapasitas untuk mencintai, dan itu menjadi tenaga yang kreatif dari dalam diri kita.
҉ Namun, kasih adalah suatu pengalaman yang tidak bisa diringkus dalam kata-kata. Ia tidak tercakup dalam penjelasan apapun. Juga penjelasan saya. Bahkan Paulus hanya berhasil menutur ciri-cirinya. Tapi semua itu saya kira hanya bisa kita pakai untuk mengenal cintakasih. Jika kita menggunakannya sebagai pedoman, maka yang terjadi adalah sebuah hukum baru yang datang dari luar tubuh manusia, yang tidak dialami melainkan diterapkan. Kesucian, bahkan kesederhanaan, yang dipaksakan seringkali malah menghasilkan inkuisitor yang menindas dan meninggalkan sejarah hitam. Karena itu saya percaya bahwa Tuhan tidak bekerja dengan memberi kita loh batu berisi ide-ide tentang dirinya dan manusia. Tuhan bekerja dengan memberi kita kapasitas untuk mencintai, dan itu menjadi tenaga yang kreatif dari dalam diri kita.
҉ Waktu adalah hal yang aneh sekali. Bagaimana dia bisa memisahkan kita dari kita di masa lalu?


*zalinggar* pecinta sastra

Kumpulan Kata Indah Dewi Lestari (Dee) dalam Rectoverso

Kumpulan Kata Indah Dewi Lestari (Dee) dalam Rectoverso


^ Kadang - kadang pilihan yang terbaik adalah menerima...
^ Aku memandangimu tanpa perlu menatap. Aku mendengarmu tanpa perlu alat. Aku menemuimu tanpa perlu hadir. Aku mencintaimu tanpa perlu apa-apa, karena kini kumiliki segalanya
^ Rasakan semua, demikian pinta sang hati. Amarah atau asmara, kasih atau pedih, segalanya indah jika memang tepat pada waktunya. Dan inilah hatiku, pada dini hari yang hening. Bening. Apa adanya.
^ I'd like to find the guy who invented the proverb 'go with the flow' and lead him to an ocean full of hungry sharks. And see how he would flow. I'd really like to know
^ Tiada yang lebih indah. Tiada yang lebih rindu. Selain hatiku. Andai engkau tahu.
^ Cintanya adalah paket air mata, keringat, dan dedikasi untuk merangkai jutaan hal kecil agar dunia ini menjadi tempat yang indah dan masuk akal bagi seseorang.
^ Sahabat saya itu adalah orang yang berbahagia. Ia hanya mengetahui apa yang ia sanggup miliki. Saya adalah orang yang paling bersedih, karena saya mengetahui apa yang tak sanggup saya miliki.
^ Barangkali itulah mengapa kematian ada, aku menduga. Mengapa kita mengenal konsep berpisah dan bersua. Terkadang kita memang harus berpisah dengan diri kita sendiri; dengan proyeksi. Diri yang telah menjelma menjadi manusia yang kita cinta.
^ Seseorang semestinya memutuskan bersama orang lain karena menemukan keutuhannya tercermin, bukan ketakutannya akan sepi.
^ Kita tak tahu dan tak pernah pasti tahu hingga semuanya berlalu. Benar atau salah, dituruti atau tidak dituruti, pada akhirnya yang bisa membuktikan cuma waktu.
^ Rasa hangat ketika kedua tubuh bertemu, rasa lengkap ketika dua jiwa mendekat, rasa rindu yang tuntas ketika kedua pasang mata menatap.
^ Kamu hanya perlu menerima. Menolak, menyangkal, cuma bikin kamu lelah'.


*zalinggar* pecinta sastra

Rabu, 06 April 2016

EXO feat. Punch – Everytime (Ost. Descendants of the Sun)

Hai..... drama Korea paling ngehits saat ini; Descendants of the Sun hampir tamat. Oh no... bakalan gagal move on nih....!!! hehehe...
Oke, karena demen banget sama drama tersebut, aku mau berbagi lirik lagu soundtrack drama keren ini. Yuk hafalin liriknya...

EXO feat. Punch – Everytime (Ost. Descendants of the Sun)


oh every time i see you
oh every time I see you
oh setiap kali aku melihatmu
geudae nuneul bol ttaemyeon
when I see your eyes
ketika aku menatap matamu
jakku gaseumi tto seolleyeowa
my heart keeps fluttering
hatiku terus berdebar keras
nae unmyeongijyo
you’re my destiny
kamulah takdirku
sesang kkeutirado jikyeojugo sipeun dan han saram
the only person I want to protect until the end of the world
satu-satunya orang yang ingin ku lindungi sampai berakhirnya dunia

baby ohohohoh
ohohohoh
baby ohohohoh
ohohohoh

sayang ohohohoh
ohohohoh

oh every time i see you
oh every time i see you
oh setiap kali aku melihatmu
geudae nuneul bol ttaemyeon
when I see your eyes
ketika aku menatap matamu
jakku gaseumi tto seolleyeowa
my heart keeps fluttering
hatiku terus berdebar keras
nae unmyeongijyo
you’re my destiny
kamulah takdirku
sesang kkeutirado jikyeojugo sipeun dan han saram
the only person I want to protect until the end of the world
satu-satunya orang yang ingin ku lindungi sampai berakhirnya dunia

geudae nareul barabol ttae
when you look at me
ketika kamu melihat diriku
nareul bomyeo miso jil ttae
when you look at me and smile
ketika kamu melihatku dan tersenyum
nan simjangi meomchul geot gatayo nan
it feels like my heart will stop
rasanya hatiku seperti akan berhenti

geudaen eotteongayo
how about you?
bagaimana denganmu?
nan jeongmal gamdanghagi himdeungeol
it’s really hard for me to handle
sungguh sulit bagiku untuk mengatasinya
onjongil geudae saenggakhae
all day, I think of you
sepanjang hari, aku memikirkanmu
jogeum meolli uri dorawassjiman
we went in circles for a long time
kita selalu melakukan hal yang sama sejak lama
jigeumirado nan gwaenchanha
but even if it’s now, I’m alright
tapi sekarang bahkan aku baik-baik saja

oh every time i see you
oh every time i see you
oh setiap kali aku melihatmu

geudae nuneul bol ttaemyeon
when i see your eyes
ketika aku menatap matamu
jakku gaseumi tto seolleyeowa
my heart keeps fluttering
hatiku terus berdebar keras
nae unmyeongijyo
you’re my destiny
kamulah takdirku
sesang kkeutirado jikyeojugo sipeun dan han saram
the only person i want to protect until the end of the world
satu-satunya orang yang ingin ku lindungi sampai berakhirnya dunia

nal tteonaji marayo
don’t leave me
jangan tinggalkanku
gakkeumeun al su eopsneun miraera haedo
even if we can’t see our futures
bahkan jika kita tidak dapat melihat masa depan kita
nal mitgo gidaryeojullaeyo
Will you believe in me and wait for me?
maukah kamu percaya padaku dan menungguku?

wo namanui geudaeyeo
my one and only
satu-satunya bagiku
naegen jeonburaneun mal
have i ever told you
pernahkah aku memberitahumu

gobaekhan jeogi isseossnayo
that you are my everything?
bahwa kamu segalanya bagiku?
nae unmyeongijyo
you’re my destiny
kamu adalah takdirku
sesang kkeutirado jikyeojugo sipeun neo
i want to protect you until the end of the world
aku ingin melindungimu sampai akhirnya dunia

baby ohohohoh
baby ohohohoh
sayang ohohohoh
saranghallaeyo ohohohoh
i want to love you ohohohoh
aku ingin mencintaimu ohohohoh
ni nunbiccgwa ni misowa
your eyes, your smile
matamu, senyummu,
geu hyanggikkajido
even your scent
bahkan wangimu

baby ohohohoh
baby ohohohoh
sayang ohohohoh
Gieokhaejwoyo ohohohoh
remember ohohohoh
ingatlah ohohohoh
eonjena uri hamkke isseumeul..
we are always together
kita selalu bersama-sama

i love u
i love u
aku mencintaimu


*zalinggar* penikmat drakor

Talijiwo - Sujiwo tejo Bag. 1

Talijiwo – Sujiwo Tejo Bag. 1
Halo.... jumpa lagi dengan saya, Zalinggar Rahayu.
Kali ini saya mau berbagi #talijiwo-nya Sujiwo Tejo. Siapa di antara kalian yang Jancukers? Heuheuheu.... saya fans berat Presiden Jancukers lhooo...
Nah, teman-teman, saya mengumpulkan #talijiwo ini dari Twitter Sang Presiden Jancukers; @sudjiwotedjo. Jancukers uda pada follow kan??? Pastinya sudah donk!
Yuk deh ini #talijiwo...


√Berkeluh dan berkesah, berpeluh dan mendesah. Begitu caramu berbaring dalam kenanganku, Kekasih..
√Sebaik-baik Kekasih adalah yang seperti adzan Maghrib di bulan Puasa ...
√Wahai alam raya, mantanku sudah pasti airmataku, tapi belum tentu tangisku ...
√Di dalam cinta, lidah alat bukti hanya di saat ciuman, tak di saat berkata-kata ...
√Cantik itu menarik tanpa paksaan, seperti agama yang wajar ...
√Hening pantai bagai keningmu, Kekasih, ombak dan camar tak bersuara, sesenyap lukisan pasir tentang hidupku...
√Kekasih, hanya gerai rambutmu yang boleh menjadi tirai dariku ke langit senja ...
√Bendera yg paling memanggilku pulang adalah kibar rambutmu di atas bukit, Kekasih, yg bersedekap sepanjang musim...
√Cinta tak bisa kusimpulkan, tapi bisa kurangkum saat mendekapmu, Kekasih...
√Debur ombak selalu menjadi cara laut membandingkan rindunya dengan rinduku padamu, Kekasih. Mana bisa?
√"Segera masuk ke kegelapanku, Kekasih, sebab kegelapan melindungi segenap warna," Rahvana
√Burung hinggap di kenanga dan berkicau. Kita hinggap di kenangan dan menangis...
√Gemuruh rinduku padamu adalah air terjun tak bersuara, Kekasih ...
√Selalu masih terngiang di langit kamarku, Kekasih, kata-katamu, bahwa dalam tawakulah terkandung airmata yg paling bening ...
√Suatu saat angin 'kan sampai, Kekasih, sangat sepoi mengusap tangismu. Ialah nafasku ...
√Di negeri yang baik, airmata tak pernah dihapus oleh tisu, tapi oleh tangan Kekasih
√Menangislah di luar kemarau, agar tak dpt kau bedakan yg jatuh di telaga itu airmatamukah atau air penghujan ...
√Jika yang suci selalu yang bening, maka tak akan pernah ada kopi di antara kita, Kekasih ...
√Cinta tak kenal pengorbanan, Kekasih, saat kau mulai merasa berkorban, saat itu cintamu mulai pudar... ~Sujiwo Tejo~
√Tentu aku ingin selalu mengenangmu, Kekasih, walau malu, karena mengenang adalah pekerjaan pensiunan ... ~Sujiwo Tejo~
√Senja kukenang pada keningmu, Kekasih, ketika kau rebah di tikar pandan, antara tangis dan cakrawala ...
√Sunyi adalah jalan yang kau susuri sendiri bersama kenangan ...
√Aku tidak menangis, Kekasih. Aku hanya tak tahu pada harapan mana lagi airmata ini akan kusimpan ...
√Hidup itu mengolah keluhan menjadi senandung, Kekasih ...
√Wajahmu menimang malam, Kekasih, nina bobo lautan langit jiwaku tengadah ...
√Senja berpaling malam, berpulangan fajarmu padaku, Kekasih ...
√Mengais-ngais sisa senyummu di terik rembulan adalah jiwa pemulungku yang tabah, Kekasih ...
√Dan daun salam gugur darimu, Kekasih, tanpa ucapan tanda cap bibir, tiada tanya sebabku sepi ...
√Tak gentar aku digendam gersang tanah ini, Kekasih, asal bukan tandus senyummu tandas seluas musim ...
√Ah, pagi, siang, malam, sama saja, Kekasih, pada semuanya terkandung kamu ...
√Aku bukan pendoa, Kekasih,  aku cuma pekerja malam yang menggali lubuk di hatimu ... 
√Senja lagi musim-musimnya saat itu, Kekasih, dan kita bangau duaan di sawah tadah tangis ...
√Kupanggili kamu di padang savana senja itu, Kekasih, agar namamu lebih luas dari kesepianku ...
√Pada sajakmu tak kulihat riak telaga, Kekasih, tapi sukmaku serasa suratan diombang-ambing ombak dengan tinta memudar … 
√Gema namamu menghijau di kebun teh, Kekasih, tak luntur dalam halimun. Tubuhku menggigil, membiru sekujur gunung ...
√Terjangkan kau padaku, Kekasih, ke ulu hati, ke dinding dinding dan dendam dendam, agar koyak aku dan merintis cinta …
√Rindu kamuku tak kunjung luka, Kekasih, belum gemilang berdarah-darah … Belum sorgawi … 
√Mengenalmu adalah kebangkitan dalam hidupku, meski mengenangmu selalu membuatku bersedih …
√Kubingkis senja ini tanpa bungkus, Kekasih, sebab langit akan lebih gelap dari kertas kado mana pun ..
√Kekasih, akulah mata air dari airmatamu kelak bila kau rindu muasal sunyi ...
√Kekasih, di hutan itu embun tangismu mengucap fajar, remas rinduku ke rimba rasa.
√Dariku kepadamu, Kekasih, melintang suatu nasib, yang menggaris, dan menggores ...
√Gerimis dimana pun sama, Kekasih, airnya bertubi-tubi seperti kenanganku akan tangismu
√"Ribuan kali pun kau berganti nama, aku tetap menjunjungmu, Sinta. Kepadamu aku tak menyembah nama. Aku menyembah Zat."
√Yang membekas dari lilin bukan lelehnya, Kekasih, tapi wajahmu sebelum gelap...
√Aku simpan senyummu di kelopak mataku, Kekasih, yang kini menjadi kelopak mawar di sawah tadah tangis ... Hmmm...
√Siapa ini kirim kartu Lebaran, Kekasih, tanpa nama dan tanda tangan, hanya tercium bekas airmatamu...
√Duh, Kekasih, memintal siulanmu dengan lekuk liku senandungku serasa menganyam anyaman nyaman..
√"Sinta, setelah kisah cintaku padamu ini, aku pastikan bahwa kisah2 yg akan ditulis manusia hanyalah cinta-cintaan," Rahvana
√Lebih sunyi dari kepak sayap di tanah rantau, Kekasih, rinduku padamu mengembara ke bintang-bintang...
√Bahkan kau palingkan muka masih dapat aku pandang airmatamu. Belum cukupkah aku mengerti suka dukamu, Kekasih? ...
√Kekasih, kala cinta menyingkap malam, kusimak betismu meniti waktu, jalan serambut ke pelaminan, di atas jurang mangap ...
√Napasku kini seperti pernah kudengar pd napasmu, Kekasih, entah pd purnama yang ke berapa. Saat itu langit rintik tak bersuara...
√Biar aku pohonnya, Kekasih, bertabah ngilu menyaksi bumi, asal kamu akarnya, serabut di sekujur buluh darahku...
√Kekasih, adakah yang lebih mengharukan dari senyum perempuan yang tersenyum hanya agar ia tidak menangis?...
√Kalau menurut Armahedi Mahzar: Benar itu sumbernya kemukminan, indah sumbernya kumukshinan, baik sumbernya kemusliman ..
√Nada saxophone kuliukkan, Kekasih, mengikuti lekuk tubuhmu sesukar liku hidupmu...
√Riuh dan sunyi itu rel kereta api, Kekasih, kemana pun duaan, di atasnya cintaku berkobar...
√Rinduku makin menggumpal, Kekasih, betapa keras, embun tetes pun denting padaku..
√Sedekat sunyi kepada sepi, Kekasih, mungkin itulah kedua kita
√Sudah ratusan tari kupelajari tapi selalu jatuh bangun kutarikan irama tangismu, Kekasih..
√Ada lolong serigala yang nyeri tak terkira, Kekasih, ketika siluet wajahku mendongak berlatar bulan, latar parasmu.

*zalinggar* i’m Jancukers, heuheuheu...