Kamis, 08 September 2016

Talijiwo - Sujiwo Tejo Bag. 2

Talijiwo - Sujiwo Tejo Bag. 2

Kekasih, ciumanmu senyap dan tampak terlatih,apa kamu serdadu apa kamu polisi?Mataku buta disebabkan cinta...
Suatu ketika, Kekasih, di tembokmu yang anggun dan angkuh, kupaku plakat penantangku bagi pedang manapun yang meminangmu...
Rinduku tak genap luka, Kekasih, belum gemilang berdarah darah ...Nantikan tiba kucari kamu di perburuan yang remang remang
Di pemakaman berkalang senja kau tunduki nisan seakan aku yang telah tiada, Kekasih, walau yang mati itu baru nyaliku
Selamat pagi kepada seluruh kenangan tentang pagi hari, Kekasih..
Dan batu. Dan karang. Bukan lagi tulisan kaum pengarang. Engkau nyata, Kekasih, melaut di gelombang galauku ..
Telah kau sihir aku, Kekasih, dengan kepak sayap kelelawar pada kedua alismu, dan keningmu yang merembulan...Mati aku...
Tatapanmu tajam, Kekasih, menikam ribuan penyair di ragaku, darahnya ke kaki langit, garis nasibku padamu...
Di tunas itu, Kekasih, tangismu mengembun terusap fajar, angan2 meremas rinduku ke hutan rasa ..
Kekasih, meski telah kau hapus tulisan "cinta" di buku kita, dapatkah kau hapus bersih airmataku?...
Kekasih, batu karang yang kau hempas gelombangmu saban hari itu bukan pertapa. Itulah aku yang kau tampik tapi tak sirna...
Kupasang naik musik ini, Kekasih, karena tak setiap purnama dapat kudengar lenguhmu yang bergelombang...
Tak bisa kukenang rembulan gerimis di lereng Merapi itu, Kekasih, tanpa kukenang airmatamu melereng pipiku..
Bulan terbelah bukit. Di balik bukit, sedang kuterka debur ombak itu menyuarakan kesepianku ,Kekasih.
“Kalau t’lah lelah dan kau terlampau berkilauan luka, Kekasih. kupangku, kau kan kupangku,” Dewi Amba ke Bisma
Membawa rinduku padamu, Kekasih, suatu saat angin ‘kan sampai, sangat sepoi mengusap tangismu..
Jangan lebih lama lagi kau pandangi senja dan camar2, Kekasih,karena kemanapun berpaling kau akan tetap melihat airmataku..
Jangan kau injak guguran sayap capung di lautan pasir, Kekasih, jangan-jangan itu aku yang belum lelah untuk memahamimu...
Kepadamu aku senyum selalu,Kekasih,sampai dendamku pun ikutan senyum...padamu...padamu...
Hujan paling Tuhan adalah hujan yang membuat kewalahanku menanggul banjir puisi padamu, Kekasih..
Aku sedih pada wajah yg sangat merona, Kekasih, sama menyedihkannya dgn wajah yg sangat merana.
Jancuk itu sedekat sunyi pada sepi di hidupmu, Kekasih …
Mari masuk padaku, Kekasih, seperti aku masuk padamu, bersama doa dan sedap malam...
Kekasihku jangan bersedih tidurlah dan bermimpi, kenegeri kehamparan, kehampaan.. Kasih, Kenegeri Kehamparan, Kehampaan.. Tawa canda. Dan biar kelak anak-anakmu kan percaya bualanmu, jangan kau bersedih.....
“Tuhan kan nggak mungkin langsung sedekah ke orang-orang, ya kalianlah sedekah duit kalau punya duit, sedekah ilmu, sedekah senyum.
Masa sih kalau sudah gitu Tuhan gak bales cintamu? Tapi gak mungkin dia belai-belai langsung rambutmu, sentuh bibirmu.        
Maka Tuhan ciptakan “wakil”nya, yaitu pacarmu. Maka doalah, “Tuhan, semoga pacarku ini betul-betul orang yang kau pilihkan untukku.” 
Bahwa menikah itu nasib, mencintai itu takdir. Kamu dapat berencana menikah dengan siapa, tapi tak bisa rencanakan cintamu untuk siapa... “

*zalinggar rahayu* i'm jancukers

Tidak ada komentar:

Posting Komentar