Rabu, 06 April 2016

Talijiwo - Sujiwo tejo Bag. 1

Talijiwo – Sujiwo Tejo Bag. 1
Halo.... jumpa lagi dengan saya, Zalinggar Rahayu.
Kali ini saya mau berbagi #talijiwo-nya Sujiwo Tejo. Siapa di antara kalian yang Jancukers? Heuheuheu.... saya fans berat Presiden Jancukers lhooo...
Nah, teman-teman, saya mengumpulkan #talijiwo ini dari Twitter Sang Presiden Jancukers; @sudjiwotedjo. Jancukers uda pada follow kan??? Pastinya sudah donk!
Yuk deh ini #talijiwo...


√Berkeluh dan berkesah, berpeluh dan mendesah. Begitu caramu berbaring dalam kenanganku, Kekasih..
√Sebaik-baik Kekasih adalah yang seperti adzan Maghrib di bulan Puasa ...
√Wahai alam raya, mantanku sudah pasti airmataku, tapi belum tentu tangisku ...
√Di dalam cinta, lidah alat bukti hanya di saat ciuman, tak di saat berkata-kata ...
√Cantik itu menarik tanpa paksaan, seperti agama yang wajar ...
√Hening pantai bagai keningmu, Kekasih, ombak dan camar tak bersuara, sesenyap lukisan pasir tentang hidupku...
√Kekasih, hanya gerai rambutmu yang boleh menjadi tirai dariku ke langit senja ...
√Bendera yg paling memanggilku pulang adalah kibar rambutmu di atas bukit, Kekasih, yg bersedekap sepanjang musim...
√Cinta tak bisa kusimpulkan, tapi bisa kurangkum saat mendekapmu, Kekasih...
√Debur ombak selalu menjadi cara laut membandingkan rindunya dengan rinduku padamu, Kekasih. Mana bisa?
√"Segera masuk ke kegelapanku, Kekasih, sebab kegelapan melindungi segenap warna," Rahvana
√Burung hinggap di kenanga dan berkicau. Kita hinggap di kenangan dan menangis...
√Gemuruh rinduku padamu adalah air terjun tak bersuara, Kekasih ...
√Selalu masih terngiang di langit kamarku, Kekasih, kata-katamu, bahwa dalam tawakulah terkandung airmata yg paling bening ...
√Suatu saat angin 'kan sampai, Kekasih, sangat sepoi mengusap tangismu. Ialah nafasku ...
√Di negeri yang baik, airmata tak pernah dihapus oleh tisu, tapi oleh tangan Kekasih
√Menangislah di luar kemarau, agar tak dpt kau bedakan yg jatuh di telaga itu airmatamukah atau air penghujan ...
√Jika yang suci selalu yang bening, maka tak akan pernah ada kopi di antara kita, Kekasih ...
√Cinta tak kenal pengorbanan, Kekasih, saat kau mulai merasa berkorban, saat itu cintamu mulai pudar... ~Sujiwo Tejo~
√Tentu aku ingin selalu mengenangmu, Kekasih, walau malu, karena mengenang adalah pekerjaan pensiunan ... ~Sujiwo Tejo~
√Senja kukenang pada keningmu, Kekasih, ketika kau rebah di tikar pandan, antara tangis dan cakrawala ...
√Sunyi adalah jalan yang kau susuri sendiri bersama kenangan ...
√Aku tidak menangis, Kekasih. Aku hanya tak tahu pada harapan mana lagi airmata ini akan kusimpan ...
√Hidup itu mengolah keluhan menjadi senandung, Kekasih ...
√Wajahmu menimang malam, Kekasih, nina bobo lautan langit jiwaku tengadah ...
√Senja berpaling malam, berpulangan fajarmu padaku, Kekasih ...
√Mengais-ngais sisa senyummu di terik rembulan adalah jiwa pemulungku yang tabah, Kekasih ...
√Dan daun salam gugur darimu, Kekasih, tanpa ucapan tanda cap bibir, tiada tanya sebabku sepi ...
√Tak gentar aku digendam gersang tanah ini, Kekasih, asal bukan tandus senyummu tandas seluas musim ...
√Ah, pagi, siang, malam, sama saja, Kekasih, pada semuanya terkandung kamu ...
√Aku bukan pendoa, Kekasih,  aku cuma pekerja malam yang menggali lubuk di hatimu ... 
√Senja lagi musim-musimnya saat itu, Kekasih, dan kita bangau duaan di sawah tadah tangis ...
√Kupanggili kamu di padang savana senja itu, Kekasih, agar namamu lebih luas dari kesepianku ...
√Pada sajakmu tak kulihat riak telaga, Kekasih, tapi sukmaku serasa suratan diombang-ambing ombak dengan tinta memudar … 
√Gema namamu menghijau di kebun teh, Kekasih, tak luntur dalam halimun. Tubuhku menggigil, membiru sekujur gunung ...
√Terjangkan kau padaku, Kekasih, ke ulu hati, ke dinding dinding dan dendam dendam, agar koyak aku dan merintis cinta …
√Rindu kamuku tak kunjung luka, Kekasih, belum gemilang berdarah-darah … Belum sorgawi … 
√Mengenalmu adalah kebangkitan dalam hidupku, meski mengenangmu selalu membuatku bersedih …
√Kubingkis senja ini tanpa bungkus, Kekasih, sebab langit akan lebih gelap dari kertas kado mana pun ..
√Kekasih, akulah mata air dari airmatamu kelak bila kau rindu muasal sunyi ...
√Kekasih, di hutan itu embun tangismu mengucap fajar, remas rinduku ke rimba rasa.
√Dariku kepadamu, Kekasih, melintang suatu nasib, yang menggaris, dan menggores ...
√Gerimis dimana pun sama, Kekasih, airnya bertubi-tubi seperti kenanganku akan tangismu
√"Ribuan kali pun kau berganti nama, aku tetap menjunjungmu, Sinta. Kepadamu aku tak menyembah nama. Aku menyembah Zat."
√Yang membekas dari lilin bukan lelehnya, Kekasih, tapi wajahmu sebelum gelap...
√Aku simpan senyummu di kelopak mataku, Kekasih, yang kini menjadi kelopak mawar di sawah tadah tangis ... Hmmm...
√Siapa ini kirim kartu Lebaran, Kekasih, tanpa nama dan tanda tangan, hanya tercium bekas airmatamu...
√Duh, Kekasih, memintal siulanmu dengan lekuk liku senandungku serasa menganyam anyaman nyaman..
√"Sinta, setelah kisah cintaku padamu ini, aku pastikan bahwa kisah2 yg akan ditulis manusia hanyalah cinta-cintaan," Rahvana
√Lebih sunyi dari kepak sayap di tanah rantau, Kekasih, rinduku padamu mengembara ke bintang-bintang...
√Bahkan kau palingkan muka masih dapat aku pandang airmatamu. Belum cukupkah aku mengerti suka dukamu, Kekasih? ...
√Kekasih, kala cinta menyingkap malam, kusimak betismu meniti waktu, jalan serambut ke pelaminan, di atas jurang mangap ...
√Napasku kini seperti pernah kudengar pd napasmu, Kekasih, entah pd purnama yang ke berapa. Saat itu langit rintik tak bersuara...
√Biar aku pohonnya, Kekasih, bertabah ngilu menyaksi bumi, asal kamu akarnya, serabut di sekujur buluh darahku...
√Kekasih, adakah yang lebih mengharukan dari senyum perempuan yang tersenyum hanya agar ia tidak menangis?...
√Kalau menurut Armahedi Mahzar: Benar itu sumbernya kemukminan, indah sumbernya kumukshinan, baik sumbernya kemusliman ..
√Nada saxophone kuliukkan, Kekasih, mengikuti lekuk tubuhmu sesukar liku hidupmu...
√Riuh dan sunyi itu rel kereta api, Kekasih, kemana pun duaan, di atasnya cintaku berkobar...
√Rinduku makin menggumpal, Kekasih, betapa keras, embun tetes pun denting padaku..
√Sedekat sunyi kepada sepi, Kekasih, mungkin itulah kedua kita
√Sudah ratusan tari kupelajari tapi selalu jatuh bangun kutarikan irama tangismu, Kekasih..
√Ada lolong serigala yang nyeri tak terkira, Kekasih, ketika siluet wajahku mendongak berlatar bulan, latar parasmu.

*zalinggar* i’m Jancukers, heuheuheu...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar