Talijiwo – Sujiwo Tejo Bag. 1
Halo....
jumpa lagi dengan saya, Zalinggar Rahayu.
Kali
ini saya mau berbagi #talijiwo-nya Sujiwo Tejo. Siapa di antara kalian yang
Jancukers? Heuheuheu.... saya fans berat Presiden Jancukers lhooo...
Nah,
teman-teman, saya mengumpulkan #talijiwo ini dari Twitter Sang Presiden
Jancukers; @sudjiwotedjo. Jancukers uda pada follow kan??? Pastinya sudah donk!
√Berkeluh
dan berkesah, berpeluh dan mendesah. Begitu caramu berbaring dalam kenanganku,
Kekasih..
√Sebaik-baik Kekasih adalah yang seperti adzan Maghrib di
bulan Puasa ...
√Wahai
alam raya, mantanku sudah pasti airmataku, tapi belum tentu tangisku ...
√Di
dalam cinta, lidah alat bukti hanya di saat ciuman, tak di saat berkata-kata
...
√Cantik itu menarik tanpa paksaan, seperti agama yang
wajar ...
√Hening
pantai bagai keningmu, Kekasih, ombak dan camar tak bersuara, sesenyap lukisan
pasir tentang hidupku...
√Kekasih,
hanya gerai rambutmu yang boleh menjadi tirai dariku ke langit senja ...
√Bendera
yg paling memanggilku pulang adalah kibar rambutmu di atas bukit, Kekasih, yg
bersedekap sepanjang musim...
√Cinta tak bisa kusimpulkan, tapi bisa kurangkum saat mendekapmu,
Kekasih...
√Debur ombak selalu menjadi cara laut membandingkan
rindunya dengan rinduku padamu, Kekasih. Mana bisa?
√"Segera
masuk ke kegelapanku, Kekasih, sebab kegelapan melindungi segenap warna,"
Rahvana
√Burung
hinggap di kenanga dan berkicau. Kita hinggap di kenangan dan menangis...
√Gemuruh rinduku padamu adalah air terjun tak bersuara,
Kekasih ...
√Selalu
masih terngiang di langit kamarku, Kekasih, kata-katamu, bahwa dalam tawakulah
terkandung airmata yg paling bening ...
√Suatu
saat angin 'kan sampai, Kekasih, sangat sepoi mengusap tangismu. Ialah nafasku
...
√Di negeri yang baik, airmata tak pernah dihapus oleh
tisu, tapi oleh tangan Kekasih
√Menangislah
di luar kemarau, agar tak dpt kau bedakan yg jatuh di telaga itu airmatamukah
atau air penghujan ...
√Jika yang suci selalu yang bening, maka tak akan pernah
ada kopi di antara kita, Kekasih ...
√Cinta tak kenal pengorbanan, Kekasih, saat kau mulai
merasa berkorban, saat itu cintamu mulai pudar... ~Sujiwo Tejo~
√Tentu
aku ingin selalu mengenangmu, Kekasih, walau malu, karena mengenang adalah
pekerjaan pensiunan ... ~Sujiwo Tejo~
√Senja
kukenang pada keningmu, Kekasih, ketika kau rebah di tikar pandan, antara
tangis dan cakrawala ...
√Sunyi
adalah jalan yang kau susuri sendiri bersama kenangan ...
√Aku tidak menangis, Kekasih. Aku hanya tak tahu pada
harapan mana lagi airmata ini akan kusimpan ...
√Hidup itu mengolah keluhan menjadi senandung, Kekasih ...
√Wajahmu
menimang malam, Kekasih, nina bobo lautan langit jiwaku tengadah ...
√Senja
berpaling malam, berpulangan fajarmu padaku, Kekasih ...
√Mengais-ngais
sisa senyummu di terik rembulan adalah jiwa pemulungku yang tabah, Kekasih ...
√Dan
daun salam gugur darimu, Kekasih, tanpa ucapan tanda cap bibir, tiada tanya
sebabku sepi ...
√Tak
gentar aku digendam gersang tanah ini, Kekasih, asal bukan tandus senyummu
tandas seluas musim ...
√Ah, pagi, siang, malam, sama saja, Kekasih, pada semuanya
terkandung kamu ...
√Aku bukan pendoa, Kekasih, aku cuma pekerja malam
yang menggali lubuk di hatimu ...
√Senja
lagi musim-musimnya saat itu, Kekasih, dan kita bangau duaan di sawah tadah
tangis ...
√Kupanggili
kamu di padang savana senja itu, Kekasih, agar namamu lebih luas dari
kesepianku ...
√Pada
sajakmu tak kulihat riak telaga, Kekasih, tapi sukmaku serasa suratan
diombang-ambing ombak dengan tinta memudar …
√Gema
namamu menghijau di kebun teh, Kekasih, tak luntur dalam halimun. Tubuhku
menggigil, membiru sekujur gunung ...
√Terjangkan
kau padaku, Kekasih, ke ulu hati, ke dinding dinding dan dendam dendam, agar
koyak aku dan merintis cinta …
√Rindu
kamuku tak kunjung luka, Kekasih, belum gemilang
berdarah-darah … Belum sorgawi …
√Mengenalmu adalah kebangkitan dalam hidupku, meski
mengenangmu selalu membuatku bersedih …
√Kubingkis senja ini tanpa bungkus, Kekasih, sebab langit
akan lebih gelap dari kertas kado mana pun ..
√Kekasih,
akulah mata air dari airmatamu kelak bila kau rindu muasal sunyi ...
√Kekasih,
di hutan itu embun tangismu mengucap fajar, remas rinduku ke rimba rasa.
√Dariku
kepadamu, Kekasih, melintang suatu nasib, yang menggaris, dan menggores ...
√Gerimis
dimana pun sama, Kekasih, airnya bertubi-tubi seperti kenanganku akan tangismu
√"Ribuan
kali pun kau berganti nama, aku tetap menjunjungmu, Sinta. Kepadamu aku tak
menyembah nama. Aku menyembah Zat."
√Yang
membekas dari lilin bukan lelehnya, Kekasih, tapi wajahmu sebelum gelap...
√Aku simpan senyummu di kelopak mataku, Kekasih, yang kini
menjadi kelopak mawar di sawah tadah tangis ... Hmmm...
√Siapa ini kirim kartu Lebaran, Kekasih, tanpa nama dan
tanda tangan, hanya tercium bekas airmatamu...
√Duh,
Kekasih, memintal siulanmu dengan lekuk liku senandungku serasa menganyam
anyaman nyaman..
√"Sinta, setelah kisah cintaku padamu ini, aku
pastikan bahwa kisah2 yg akan ditulis manusia hanyalah cinta-cintaan,"
Rahvana
√Lebih sunyi dari kepak sayap di tanah rantau, Kekasih,
rinduku padamu mengembara ke bintang-bintang...
√Bahkan kau palingkan muka masih dapat aku pandang
airmatamu. Belum cukupkah aku mengerti suka dukamu, Kekasih? ...
√Kekasih,
kala cinta menyingkap malam, kusimak betismu meniti waktu, jalan serambut ke
pelaminan, di atas jurang mangap ...
√Napasku
kini seperti pernah kudengar pd napasmu, Kekasih, entah pd purnama yang ke
berapa. Saat itu langit rintik tak bersuara...
√Biar
aku pohonnya, Kekasih, bertabah ngilu menyaksi bumi, asal kamu akarnya, serabut
di sekujur buluh darahku...
√Kekasih, adakah yang lebih mengharukan dari senyum
perempuan yang tersenyum hanya agar ia tidak menangis?...
√Kalau menurut Armahedi Mahzar: Benar itu sumbernya
kemukminan, indah sumbernya kumukshinan, baik sumbernya kemusliman ..
√Nada
saxophone kuliukkan, Kekasih, mengikuti lekuk tubuhmu sesukar liku hidupmu...
√Riuh
dan sunyi itu rel kereta api, Kekasih, kemana pun duaan, di atasnya cintaku
berkobar...
√Rinduku makin menggumpal, Kekasih, betapa keras, embun
tetes pun denting padaku..
√Sedekat
sunyi kepada sepi, Kekasih, mungkin itulah kedua kita
√Sudah
ratusan tari kupelajari tapi selalu jatuh bangun kutarikan irama tangismu,
Kekasih..
√Ada
lolong serigala yang nyeri tak terkira, Kekasih, ketika siluet wajahku
mendongak berlatar bulan, latar parasmu.
*zalinggar* i’m Jancukers, heuheuheu...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar