Saya mengumpulkan rangkaian kata indah dari akun FB Budi Maryono. Selamat menikmati. Semoga bermanfaat. ^_^
PERLINTASAN
RINDU
"Tak ada yang kepagian untuk cinta," katamu
seraya melukis langit senja dengan krayon biru muda. Aku tertawa karena luka
menahun kembali terbuka: kita duduk bertentang di atas biduk yang tak hendak
meninggalkan tepian. "Cinta..." kataku, "bisa kemalaman
juga." Kau ambil krayon hijau lumut, kau gambar setapak di depan yang kian
lama makin mengabut. "Lalu di manakah kita?" tanyamu dalam gusar
Waktu. "Di perlintasan rindu," jawabku. Sedikit ragu, sedikit malu.
KETIKA
LANGIT LEBIH RENDAH
Baiklah, begini saja: lepas semua anak panah yang kau punya dari titik terdekat, lalu tinggalkan dengan siul atau nyanyian. Aku rela arang kranjang asal api tersekam tak lagi ada. Mungkin kita bertemu, suatu hari nanti, ketika langit lebih rendah dan bisa memetik bulan tanpa berkhayal. Jika itu terjadi, kupastikan, kau tak akan melihat segores pun luka di tubuh ini.
Baiklah, begini saja: lepas semua anak panah yang kau punya dari titik terdekat, lalu tinggalkan dengan siul atau nyanyian. Aku rela arang kranjang asal api tersekam tak lagi ada. Mungkin kita bertemu, suatu hari nanti, ketika langit lebih rendah dan bisa memetik bulan tanpa berkhayal. Jika itu terjadi, kupastikan, kau tak akan melihat segores pun luka di tubuh ini.
MAKA
KEPADA WAKTU
Pernahkah kau lihat rimbun daun yang diam, kesepian,
karena tak ada angin? Itulah aku ketika kau tak berkabar bahkan lewat aneka
rupa gumpalan awan. Pernahkah kau lihat pagi yang menggigil, kedinginan, karena
sisa hujan semalam? Itulah aku ketika kau berjalan di setapak jauh tanpa
sejenak pun berhenti untuk tersenyum tipis dalam kabut yang gerimis. Maka
kepada Waktu yang selalu ada meski bukan kita punya, tak bosan aku meminta,
“Satukan kami! Satukanlah kami!”
CANDI
KESERIBU
Bersamamu, ingin kutulis sebuah legenda: lelaki yang membangun candi keseribu setelah ayam berkokok dan lesung bertalu. Tak ada batas bila sebab perempuan yang meminta bersetia menunggu. Ya, ya, fajar dan senja memang beda tanda namun toh sama-sama jingga. Pada hari yang tersepakati, keduanya memahatkan fabel lucu di dinding candi. “Cerita cinta kita,” kata sang Lelaki, “cukuplah terpahat di hati.”
Bersamamu, ingin kutulis sebuah legenda: lelaki yang membangun candi keseribu setelah ayam berkokok dan lesung bertalu. Tak ada batas bila sebab perempuan yang meminta bersetia menunggu. Ya, ya, fajar dan senja memang beda tanda namun toh sama-sama jingga. Pada hari yang tersepakati, keduanya memahatkan fabel lucu di dinding candi. “Cerita cinta kita,” kata sang Lelaki, “cukuplah terpahat di hati.”
KECUALI HATI
“Rawat baik-baik rindu itu,” pesanku melalui jari yang
bergetar dalam hujan sembari menyembunyikan gaduh di balik gemericik
pelimbahan. Tiba-tiba semua merambat. Teramat lambat. Hingga kudengar jantung
kita bersahut bicara dalam detak. Karena rindu adalah janji, tak perlu saksi
kecuali hati –meski Waktu tetap saja misteri.
"...
Citra akan terbentuk dengan sendirinya. Kalimat yang kita ucapkan untuk
membentuk citra hanya akan menurunkan kualitas diri..."
-- "Satria" dalam kumpulan cerpen SEMAR YES!
(2012:8)
DI PUCUK
RUMPUT
Kutitipkan wajahmu dalam basah embun hingga cinta yang kupesan dari langit pun memantul. Lalu tak jelas siapa yang memulai, daki-mendaki kita menutup matahari dengan mendung. “Gelap akan memanjang,” bisikku. Kau mengangguk dan menciumiku tanpa ampun!
Kutitipkan wajahmu dalam basah embun hingga cinta yang kupesan dari langit pun memantul. Lalu tak jelas siapa yang memulai, daki-mendaki kita menutup matahari dengan mendung. “Gelap akan memanjang,” bisikku. Kau mengangguk dan menciumiku tanpa ampun!
KAMUKAH IA
Pada daun berayun aku bertanya kamukah dewi di pojok
mimpi tentang asmara di tanah guguran bunga-bunga. Kamukah rindu yang kutunggu
di ruang tamu namun tumpah di depan pintu. Kamukah kasih yang menyentuh luka
dari jauh cuma. Kamukah kabar baik yang senantiasa terempas badai hingga tak
sampai-sampai. Atau, jika Waktu berpihak pada cinta, kamukah hasrat yang luruh
dalam dekap berabad harap.
KUSEDUH.
UNTUKMU
Tetapi apakah bisa kau sembunyikan hasrat dari mata, terpejam sekalipun, ketika hujan yang kau tunggu tak juga datang? Bukankah kau selalu gagal menutup pintu walau senja telah lalu? Maka nyanyikan saja lagu yang lahir dari gelisah perawan di daun jendela. Tangkap dan simpan angin lewat sebelum menikung di sudut gelap. Pada Bila yang kita gantang bersama, kuseduh rindu suam kuku. Untukmu.
Tetapi apakah bisa kau sembunyikan hasrat dari mata, terpejam sekalipun, ketika hujan yang kau tunggu tak juga datang? Bukankah kau selalu gagal menutup pintu walau senja telah lalu? Maka nyanyikan saja lagu yang lahir dari gelisah perawan di daun jendela. Tangkap dan simpan angin lewat sebelum menikung di sudut gelap. Pada Bila yang kita gantang bersama, kuseduh rindu suam kuku. Untukmu.
NAMUN
CINTA
Sebenarnyalah bisa kubangun seribu candi dalam semalam,
meminang sebelum fajar, dan membawamu berlayar --bahkan tanpa kompas tanpa
tujuan. Namun cinta melarangku! Merupa kepompong demi kupu-kupu, merahimi
renjana demi Waktu. Kembali kujahit luka. Sendiri. Di kini.
TOH
Aku tahu bukan begini cara menyentuhmu: berkhayal tentang negeri yang hanya ada satu meja dan dua kursi lalu kita bebas bertukar hati dengan puisi. Tapi jus rasa aneh yang kita sukai itu tak ada di sini --paling tidak, saat ini. Jadi kenapa tak kau sediakan sedikit saja jalan tualang yang tak harus bersimpang di kenyataan? Toh, seperti yang acap kau katakan, siang bukan riuh malam pun bukan sunyi?
Aku tahu bukan begini cara menyentuhmu: berkhayal tentang negeri yang hanya ada satu meja dan dua kursi lalu kita bebas bertukar hati dengan puisi. Tapi jus rasa aneh yang kita sukai itu tak ada di sini --paling tidak, saat ini. Jadi kenapa tak kau sediakan sedikit saja jalan tualang yang tak harus bersimpang di kenyataan? Toh, seperti yang acap kau katakan, siang bukan riuh malam pun bukan sunyi?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar