Jumat, 02 September 2016

Quote Emha Ainun Najib

Emha Ainun Najib

Ø  Jika engkau dipuji dan dimaki, dikafirkan, atau dianggap Kiai, dibuang atau dijunjung bagaikan Nabi. Kokohkan mentalmu, jernihkan hatimu, tegakkan akal sehatmu, jaga obyektivitas pandanganmu. Waktu yang nanti mengakhiri situasi gelap mata, sakit pikiran, dan hati mabuk itu.
Ø  Jiwa manusia sepuluh tahun terakhir ini  dipenuhi dan dikuasai oleh cinta yang berlebihan dan benci yang berlebihan. Kebencian kepada orang yang tidak tepat, luapan cinta juga pada sesuatu atau tokoh yang tidak tepat. Wajah-wajah sudah ditopengi, kata-kata sudah dibalik maknanya, industri dan media pencitraan sudah hampir total memalsukan segala keadaan.
Ø  Jika pengetahuanmu terlanjur diracuni oleh rekayasa dan tipu daya. Kalau pikiranmu terlanjur digelapkan oleh sianida pencitraan dan pemalsuan. Wilayah mana lagi yang masih ditumbuhi pohon-pohon kemerdekaan, dan hamparan air lautan mana yang masih dilayari oleh perahu-perahu kedaulatan?
Ø  Sudah tidak ada setan bodoh yang menentang Tuhan dan Quran. Yang ngetren sekarang setan berpenampilan nabi bermulut Quran.
Ø  Karena makin banyak manusia mengutip Quran untuk jualan dunia. Setan pun menunggangi ayat-ayat Tuhan untuk mengegolkan misinya.
Ø  Ibadah dan darmabaktiku tak mencukupi untuk terkabulnya doa-doa keIndonesiaanku. Tapi, bersama amal salihmu, semoga Allah memperkenankan kesembuhan dan keselamatan bangsa kita.
Ø  Manusia adalah subyek yang mengatasi masalah, bukan justru menjadi masalah.
Ø  Orang menikmati terangnya lampu tanpa mengingat kabel listrik. Penyanyi, pembaca puisi, qari, pelukis, mubaligh, penyampai ilmu, pembawa hikmah, atau fungsi nilai-nilai apapun hanyalah kabel listrik.
Ø  Kita harus sangat berhati-hati, entah dalam hal makanan, minuman, entah teman, entah suami, istri, pilihan parpol, atau apapun saja. Apa yang kita sangka, kita benci-benci, ada kemungkinan dia sesungguhnya yang baik untuk kita, dan kita belum tahu. Sebaliknya apa yang kita sukai, apa yang kita junjung-junjung, bisa jadi dia yang sangat berbahaya untuk kita, dan kita belum tahu bahaya itu.
Ø  Kalau ada pertandingan cinta kepada Indonesia dengan parameter yang jelas, seperti seberapa besar energi yang dikeluarkan, seberapa banyak waktu yang diberikan, berapa ilmu diungkapkan, berapa konsistensi dan resiko yang diambil, saya berani bertanding.
Ø  Tuhan setiap hari dihina, tetapi tidak berkurang kemuliaan-Nya oleh hinaan itu. Sesungguhnya Tuhan tidak butuh kita. Mau kita baik atau  buruk, Tuhan tidak butuh. Itu urusan kita masing-masing. Kitalah yang butuh.
Ø  Dan sesungguhnya yang ditunggu orang adalah output sosial dari salat kita.
Ø  Kepada Allah persembahkan salatmu. Kepada masyarakat buktikan akhlak muliamu.
Ø  Tidak ada sedikit pun kebahagiaan untuk mendoakan dan mengharapkan keburukan orang lain. Kita hanya bisa bekerja dengan terus-menerus membayangkan dan mengharapkan semua orang, baik yang cinta kita maupun yang membenci kita, kita doakan mereka akan mendapat kegembiraan hidup, akan mendapatkan rahmat dan barokah dari Allah.
Ø  Manusia modern adalah manusia yang paling banyak mengandalkan suplemen. Mau sehat, butuh suplemen multivitamin, mau punya nyali butuh minuman keras, mau salat khusuk bayar kursus. Kita selalu mengambil sesuatu dari luar diri kita. Kita tidak produktif dari dalam tubuh kita.
Ø  Kalau ada seseorang yang seolah-olah bisa menjawab semua pertanyaan, sehingga menjadi muara orang banyak menumpahkan problem, percayalah, apa yang keluar dari mulut orang itu sama sekali bukan miliknya, melainkan milik Allah.
Ø  Ringkas saja. Hidup itu tidak usah terlalu kaurencanakan. Kalau hatimu isinya niat baik niat baik niat baik, insya Allah jadi.
Ø  Kesaktian tertinggi adalah apabila Anda berhasil mengolah kehidupan Anda sedemikian rupa sehingga tak punya musuh, tak merangsang datangnya musush atau tak bisa dimusuhi.
Ø  Kita hanya bisa bersatu ketika membicarakan masa silam. Tapi, untuk merundingkan masa depan, kita memerlukan kebencian, batu, dan darah.
Ø  Perjuangan adalah perjuangan. Sejarah dan Tuhan tidak mencatat kemenangan dan kekalahan. Tapi, yang dicatat adalah perjuangan itu sendiri.
Ø  Salah satu unsur cinta dewasa adalah empati; kalau kekasih kita haus, kita yang gugup mencarikan air minum. Kalau kekasih kita terluka, perasaan kita yang mengucurkan darah.
Ø  Saya sangat mencintai manusia, yang baik ataupun yang jahat. Yang baik saya cintai dengan memujinya, yang jahat saya cintai dengan mengritiknya. Ishlah atau apapun yang berorientasi kepada kebaikan dan keselamatan.
Ø  Cinta dewasa yang matang adalah kesediaan untuk berkorban. Untuk hal-hal yang menyenangkan, kekasih yang kita dahulukan. Sebaliknya, untuk hal-hal yang menyengsarakan, kita yang berdiri di garis depan.
Ø  Nilai perjuangan di mata Allah dan hakikat kebenaran  tidak ditentukan oleh berhasil tidaknya suatu perjuangan. Melainkan ditentukan oleh kesetiaan daya juang sampai batas yang seharusnya dilakukan.
Ø  Baik orang penindas maupun orang yang tertindas layak kita cintai. Hanya saja, cara kita mencintai harus berbeda. Kaum tertindas kita cintai dengan santunan dan sumbangan perubahan, sedang kaum penindas kita cintai dengan cara menegur atau mendongkelnya.
Ø  Kita ketakutan pada ledakan api, tapi kita ikut kipas-kipas sekamnya di media massa, medsos, buku-buku, copas-copas, pengajian sektarian yang malah dipacu oleh teve-teve.
Ø  Kata Rasulullah, mukmin itu saling menjaga harta, martabat, dan nyawa. Harta dirampok, martabat (Islam, bangsa, manusia) diinjak-injak, tidak ada yang membela. Satu dari sejuta orang yang diinjak-injak memilih sabung nyawa.
Ø  Kalau ada bom meledak, berapa persen kita melotot ke hilirnya dan mengutuk pelakunya di lokasi, berapa persen kita mempelajari hulunya, yang tidak berada di lokasi?
Ø  Kami takut teror karena kami masih berhutang persaudaraan, keadilan, silaturahmi, dan dialog kepada sesama manusia.
Ø  Teriakkan tangis penderitaanmu kepada Allah yang Ahad. Keteraniayaan, sepi, sunyi, fitnah, ketertindasan, keterjajahan dalam sejarah perjalanan hidupmu satukan itu dengan dirimu.
Ø  Kalau memang yang engkau pilih bukan kearifan untuk berbagi melainkan nafsu untuk menang sendiri, maka terimalah kehancuran bagi yang kalah dan terimalah kehinaan bagi yang menang.
Ø  Tindihan dan belitan masalah yang tak terjangkau oleh ilmu dan tangan manusia. Ka lamhin bil bashar, sekejapan mata bagi Allah untuk menyembuhkannya.
Ø  Rakyat kecillah yang sesungguhnya bermental revolusioner karena sangat lama digembleng oleh penderitaan sangat mendalam, dilatih oleh tipu daya dan jargon-jargon kosong.
Ø  Kebahagiaan tidak terletak pada kaya atau miskin, berharta atau tidak berpunya, dijunjung atau dibuang, melainkan pada kecerdasan kita memaknai setiap keadaan dan pengalaman kita.
Ø  Ali bin Abi Thalib berkata, “Wahai dunia, berhentilah merayuku, sebab sudah talak tiga aku menceraikanmu.” Sedangkan aku tak pernah dirayu ataupun merayu dunia, terserah Allah akan menikahkan atau menceraikanku dengannya.
Ø  Pohon-pohon tidak kunjung tumbuh di ladang Islam yang sangat luas karena kita sibuk bertengkar bahwa pohon itu haram, pohon itu musyrik, pohon sana bid’ah, pohon sini kafir.
Ø  Bertani adalah mengolah tanah dan menanam benih. Pendidikan yang kita selenggarakan menghabiskan uang orang tua dan umur anak-anak untuk menanam buah di otak mereka.
Ø  Bom-bom, teror, dan penjajahan modern menembus-nembus kulit bangsa Indonesia, mengambil nyawa sebagian dari bangsa Indonesia, tetapi tak akan pernah sanggup benar-benar berkuasa atas bangsa Indonesia.
Ø  Fokus menuju Allah. Dan setiap manusia mempunyai hak khusus untuk langsung sambat dan mengadu ke Allah.
Ø  Kalau Allah melarang ini itu untuk kita lakukan, itu tidak berarti Ia terganggu dan sedih oleh pelanggaran kita.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar