Emha Ainun Najib
Ø Jika engkau dipuji dan
dimaki, dikafirkan, atau dianggap Kiai, dibuang atau dijunjung bagaikan Nabi.
Kokohkan mentalmu, jernihkan hatimu, tegakkan akal sehatmu, jaga obyektivitas
pandanganmu. Waktu yang nanti mengakhiri situasi gelap mata, sakit pikiran, dan
hati mabuk itu.
Ø Jiwa manusia sepuluh
tahun terakhir ini dipenuhi dan dikuasai
oleh cinta yang berlebihan dan benci yang berlebihan. Kebencian kepada orang
yang tidak tepat, luapan cinta juga pada sesuatu atau tokoh yang tidak tepat.
Wajah-wajah sudah ditopengi, kata-kata sudah dibalik maknanya, industri dan
media pencitraan sudah hampir total memalsukan segala keadaan.
Ø Jika pengetahuanmu
terlanjur diracuni oleh rekayasa dan tipu daya. Kalau pikiranmu terlanjur
digelapkan oleh sianida pencitraan dan pemalsuan. Wilayah mana lagi yang masih
ditumbuhi pohon-pohon kemerdekaan, dan hamparan air lautan mana yang masih
dilayari oleh perahu-perahu kedaulatan?
Ø Sudah tidak ada setan
bodoh yang menentang Tuhan dan Quran. Yang ngetren sekarang setan berpenampilan
nabi bermulut Quran.
Ø Karena makin banyak
manusia mengutip Quran untuk jualan dunia. Setan pun menunggangi ayat-ayat
Tuhan untuk mengegolkan misinya.
Ø Ibadah dan darmabaktiku
tak mencukupi untuk terkabulnya doa-doa keIndonesiaanku. Tapi, bersama amal
salihmu, semoga Allah memperkenankan kesembuhan dan keselamatan bangsa kita.
Ø Manusia adalah subyek
yang mengatasi masalah, bukan justru menjadi masalah.
Ø Orang menikmati
terangnya lampu tanpa mengingat kabel listrik. Penyanyi, pembaca puisi, qari,
pelukis, mubaligh, penyampai ilmu, pembawa hikmah, atau fungsi nilai-nilai
apapun hanyalah kabel listrik.
Ø Kita harus sangat
berhati-hati, entah dalam hal makanan, minuman, entah teman, entah suami,
istri, pilihan parpol, atau apapun saja. Apa yang kita sangka, kita
benci-benci, ada kemungkinan dia sesungguhnya yang baik untuk kita, dan kita
belum tahu. Sebaliknya apa yang kita sukai, apa yang kita junjung-junjung, bisa
jadi dia yang sangat berbahaya untuk kita, dan kita belum tahu bahaya itu.
Ø Kalau ada pertandingan
cinta kepada Indonesia dengan parameter yang jelas, seperti seberapa besar
energi yang dikeluarkan, seberapa banyak waktu yang diberikan, berapa ilmu
diungkapkan, berapa konsistensi dan resiko yang diambil, saya berani
bertanding.
Ø Tuhan setiap hari
dihina, tetapi tidak berkurang kemuliaan-Nya oleh hinaan itu. Sesungguhnya
Tuhan tidak butuh kita. Mau kita baik atau
buruk, Tuhan tidak butuh. Itu urusan kita masing-masing. Kitalah yang
butuh.
Ø Dan sesungguhnya yang
ditunggu orang adalah output sosial dari salat kita.
Ø Kepada Allah
persembahkan salatmu. Kepada masyarakat buktikan akhlak muliamu.
Ø Tidak ada sedikit pun
kebahagiaan untuk mendoakan dan mengharapkan keburukan orang lain. Kita hanya
bisa bekerja dengan terus-menerus membayangkan dan mengharapkan semua orang,
baik yang cinta kita maupun yang membenci kita, kita doakan mereka akan
mendapat kegembiraan hidup, akan mendapatkan rahmat dan barokah dari Allah.
Ø Manusia modern adalah
manusia yang paling banyak mengandalkan suplemen. Mau sehat, butuh suplemen
multivitamin, mau punya nyali butuh minuman keras, mau salat khusuk bayar
kursus. Kita selalu mengambil sesuatu dari luar diri kita. Kita tidak produktif
dari dalam tubuh kita.
Ø Kalau ada seseorang yang
seolah-olah bisa menjawab semua pertanyaan, sehingga menjadi muara orang banyak
menumpahkan problem, percayalah, apa yang keluar dari mulut orang itu sama
sekali bukan miliknya, melainkan milik Allah.
Ø Ringkas saja. Hidup itu
tidak usah terlalu kaurencanakan. Kalau hatimu isinya niat baik niat baik niat
baik, insya Allah jadi.
Ø Kesaktian tertinggi
adalah apabila Anda berhasil mengolah kehidupan Anda sedemikian rupa sehingga
tak punya musuh, tak merangsang datangnya musush atau tak bisa dimusuhi.
Ø Kita hanya bisa bersatu
ketika membicarakan masa silam. Tapi, untuk merundingkan masa depan, kita
memerlukan kebencian, batu, dan darah.
Ø Perjuangan adalah
perjuangan. Sejarah dan Tuhan tidak mencatat kemenangan dan kekalahan. Tapi,
yang dicatat adalah perjuangan itu sendiri.
Ø Salah satu unsur cinta
dewasa adalah empati; kalau kekasih kita haus, kita yang gugup mencarikan air
minum. Kalau kekasih kita terluka, perasaan kita yang mengucurkan darah.
Ø Saya sangat mencintai
manusia, yang baik ataupun yang jahat. Yang baik saya cintai dengan memujinya,
yang jahat saya cintai dengan mengritiknya. Ishlah atau apapun yang
berorientasi kepada kebaikan dan keselamatan.
Ø Cinta dewasa yang matang
adalah kesediaan untuk berkorban. Untuk hal-hal yang menyenangkan, kekasih yang
kita dahulukan. Sebaliknya, untuk hal-hal yang menyengsarakan, kita yang
berdiri di garis depan.
Ø Nilai perjuangan di mata
Allah dan hakikat kebenaran tidak
ditentukan oleh berhasil tidaknya suatu perjuangan. Melainkan ditentukan oleh
kesetiaan daya juang sampai batas yang seharusnya dilakukan.
Ø Baik orang penindas
maupun orang yang tertindas layak kita cintai. Hanya saja, cara kita mencintai
harus berbeda. Kaum tertindas kita cintai dengan santunan dan sumbangan
perubahan, sedang kaum penindas kita cintai dengan cara menegur atau
mendongkelnya.
Ø Kita ketakutan pada
ledakan api, tapi kita ikut kipas-kipas sekamnya di media massa, medsos,
buku-buku, copas-copas, pengajian sektarian yang malah dipacu oleh teve-teve.
Ø Kata Rasulullah, mukmin
itu saling menjaga harta, martabat, dan nyawa. Harta dirampok, martabat (Islam,
bangsa, manusia) diinjak-injak, tidak ada yang membela. Satu dari sejuta orang
yang diinjak-injak memilih sabung nyawa.
Ø Kalau ada bom meledak,
berapa persen kita melotot ke hilirnya dan mengutuk pelakunya di lokasi, berapa
persen kita mempelajari hulunya, yang tidak berada di lokasi?
Ø Kami takut teror karena
kami masih berhutang persaudaraan, keadilan, silaturahmi, dan dialog kepada
sesama manusia.
Ø Teriakkan tangis
penderitaanmu kepada Allah yang Ahad. Keteraniayaan, sepi, sunyi, fitnah,
ketertindasan, keterjajahan dalam sejarah perjalanan hidupmu satukan itu dengan
dirimu.
Ø Kalau memang yang engkau
pilih bukan kearifan untuk berbagi melainkan nafsu untuk menang sendiri, maka
terimalah kehancuran bagi yang kalah dan terimalah kehinaan bagi yang menang.
Ø Tindihan dan belitan
masalah yang tak terjangkau oleh ilmu dan tangan manusia. Ka lamhin bil bashar,
sekejapan mata bagi Allah untuk menyembuhkannya.
Ø Rakyat kecillah yang
sesungguhnya bermental revolusioner karena sangat lama digembleng oleh
penderitaan sangat mendalam, dilatih oleh tipu daya dan jargon-jargon kosong.
Ø Kebahagiaan tidak
terletak pada kaya atau miskin, berharta atau tidak berpunya, dijunjung atau
dibuang, melainkan pada kecerdasan kita memaknai setiap keadaan dan pengalaman
kita.
Ø Ali bin Abi Thalib
berkata, “Wahai dunia, berhentilah merayuku, sebab sudah talak tiga aku
menceraikanmu.” Sedangkan aku tak pernah dirayu ataupun merayu dunia, terserah
Allah akan menikahkan atau menceraikanku dengannya.
Ø Pohon-pohon tidak
kunjung tumbuh di ladang Islam yang sangat luas karena kita sibuk bertengkar
bahwa pohon itu haram, pohon itu musyrik, pohon sana bid’ah, pohon sini kafir.
Ø Bertani adalah mengolah
tanah dan menanam benih. Pendidikan yang kita selenggarakan menghabiskan uang
orang tua dan umur anak-anak untuk menanam buah di otak mereka.
Ø Bom-bom, teror, dan
penjajahan modern menembus-nembus kulit bangsa Indonesia, mengambil nyawa
sebagian dari bangsa Indonesia, tetapi tak akan pernah sanggup benar-benar
berkuasa atas bangsa Indonesia.
Ø Fokus menuju Allah. Dan
setiap manusia mempunyai hak khusus untuk langsung sambat dan mengadu ke Allah.
Ø Kalau Allah melarang ini
itu untuk kita lakukan, itu tidak berarti Ia terganggu dan sedih oleh
pelanggaran kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar