“Sastra
Jendra Hayuningrat”
Istilah lain dari sastra jendra hayuningrat adalah “sastra jendra
hayuningrat pangruwat barang sakalir". Sastra jendra hayuningrat merupakan
kalimat yang telah berubah dari kalimat aslinya. Kalimat asli dari sastra
jendra hayuningrat adalah “sastri harjeng” yang artinya adalah “wanita yang
cantik”. Wanita yang dimaksud adalah “Dewi Sukesi”. Dewi Sukesi merupakan
wanita cantik yang tak hanya waahnya yang cantik, namun juga mempunyai
citi-cita yang begitu luhur.
Dalam cerita di Negara Lokapala dengan rajanya Wirasrawa mempunyai
putra yang namanya Danapati atau Danaraja.
Wirasrawa memiliki istri yang bernama Lokathi. Disaat Lokathi hamil
7 bulan, Wirasrawa dan Lokathi bertapa di sebuah hutan. Kemudian datanglah
Bathara Naradha yang membuka pintu surga sehingga ia memberi kesempatan kepada
Wirasrawa dan istrinya untuk memohon suatu permohonan yang sudah pasti akan dikabulkan. Wirasrawa
dan istrinya memohon supaya nanti anaknya yang dikandung tersebut lahir sebagai
anak laki-laki yang tampan, gagah, pintar, bisa menjadi raja, sakti mandraguna,
berbakti dan disenangi sesama. Bathara Naradha menyanggupi permintaan mereka
kemudian ia meninggalkan kedua pertapa tersebut dengan membarikan peringatan,
yaitu “meninggalnya anakmu itu bersama dengan saudara laki-lakinya”. Sehingga
setelah melahirkan anaknya yang diberi nama Danapati atau Danaraja, Wasrawa dan
Lokathi pisah ranjang. Mereka berpisah supaya mereka tak lagi memiliki anak.
Danapati dijadikan raja menggantikan ayahnya saat usianya masih 10
tahun. Disaat Danapati telah menjadi raja, ia ingin menikah dengan seorang
wanita bernama Dewi Sukesi. Dewi Sukesi merupakan anak dari Sumaryoso raja
kerajaan Alengka.
Dewi Sukesi memiliki janji bahwa ia akan menikah dengan laki-laki
yang dapat memaknai ilmu sastra jendra. Dengan demikian, Danapati meminta
ayahnya untuk memenuhi keinginan Dewei Sukesi. Wirasrawa kemudian menghadap ke
Dewi Sukesi untuk menghayati ilmu sastra jendra dengan maksud untuk melamarkan
anaknya, Danapati.
Namun, Dewi Sukesi tak mau menikah dengan Danapati karena bukan
Danapati sendiri yang memaknai ilmu sastra jendra di hadapannya. Dewi Sukesi
ingin Wirasrawa sendiri yang menikahinya sesuai dengan janjinya sendiri. Jika
Wirasrawa tak mau menikahinya ia mengancam akan bunuh diri.
Wirasrawa dalam
keadaan dilema. Ia bagaikan makan buah simalakama. Jika ia bersedia menikahi
Dewi Sukesi, ia akan mengkhianati sekaligus menyakiti anaknya sendiri. Namun,
jika ia tak bersedia untuk menikahi Dewi Sukesi, Dewi Sukesi mengancam akan
bunuh diri.
Seiring berjalannya waktu, Wirasrawa menghamili Dewi Sukesi. Karena
hal itu, Wirasrawa memutuskan untuk memberikan semua ilmunya kepada Danapati.
Kemudian ia memutuskan untuk bunuh diri dengan terjun ke dalam bara api.
Sebelum menceburkan dirinya ke dalam bara api, Wirasrawa berpesan kepada
Danapati untuk menyayangi anak yang ada dalam kandungan Dewi Sukesi karena anak
tersebut tak lain adalah adik dari Danapati sendiri. Wirasrawa juga berpesan
kepada Wisnukara yang tak lain adalah patihnya untuk tidak mengundurkan diri
dari jabatan sebagai patih, meskipun ia telah meninggal. Wirasrawa sangat dekat
dengan Wisnukara, karena itulah Wirasrawa bersedia memaknai sastra jendra.
Di sisi lain, Dewi Sukesi mengumpat Danapati. Danapati itu seorang
raja muda yang cengeng. Sebagai seorang raja, ia masih merengek-rengek kepada
ayahnya untuk dinikahkan dengan wanita yang diinginkannya hingga ayahnya rela
mati untuk itu.
Pada cerita lain, Sukesa adik Dewi Sukesi ingin juga dapat memaknai
ilmu sastra jendra. Namun, Dewi Sukesi melarangnya. Sukesa tetap nekad. Ia
mengintip orang yang sedang memaknai ilmu sastra jendra. Alhasil, wajahnya yang
pada mulanya tampan berubah menjadi buruk rupa seperti “buta”(dalam istilah
pewayangan).
Sedangkan anak yang dilahirkan oleh Dewi Sukesi yang tak lain adalah
anak dari Wirasrawa adalah “Dasamuka atau Rahwana”.
Hikmah yang dapat diambil adalah:
1.
“Ilmu kelakone kanthi laku”
artinya adalah suatu ilmu itu bisa didapatkan oleh seseorang dengan jalan
menjalani tahap untuk mendapatkan ilmu tersebut.
Ilmu itu jika
dipelajari dengan niat yang tulus dan ikhlas dari hati dapat menjadikan hidup
seseorang itu sentosa.
2. Orang yang
mau menepati kata hatinya akan jauh dari berbagai macam angkara murka, yaitu
antara hati dan mulut harus sesuai seperti Dewi Sukesi.
3. ilmu itu
berguna dan mencelakakan, artinya ilmu berguna jika dimiliki oleh orang yang
tepat. Tapi, ilmu akan mencelakakan jika dimiliki oleh orang yang tidak tepat.
*zalinggar* pecinta sastra
Tidak ada komentar:
Posting Komentar