Jumat, 01 April 2016

Sastra Jendra Hayuningrat

“Sastra Jendra Hayuningrat” 


Istilah lain dari sastra jendra hayuningrat adalah “sastra jendra hayuningrat pangruwat barang sakalir". Sastra jendra hayuningrat merupakan kalimat yang telah berubah dari kalimat aslinya. Kalimat asli dari sastra jendra hayuningrat adalah “sastri harjeng” yang artinya adalah “wanita yang cantik”. Wanita yang dimaksud adalah “Dewi Sukesi”. Dewi Sukesi merupakan wanita cantik yang tak hanya waahnya yang cantik, namun juga mempunyai citi-cita yang begitu luhur.
Dalam cerita di Negara Lokapala dengan rajanya Wirasrawa mempunyai putra yang namanya Danapati atau Danaraja.
Wirasrawa memiliki istri yang bernama Lokathi. Disaat Lokathi hamil 7 bulan, Wirasrawa dan Lokathi bertapa di sebuah hutan. Kemudian datanglah Bathara Naradha yang membuka pintu surga sehingga ia memberi kesempatan kepada Wirasrawa dan istrinya untuk memohon suatu permohonan  yang sudah pasti akan dikabulkan. Wirasrawa dan istrinya memohon supaya nanti anaknya yang dikandung tersebut lahir sebagai anak laki-laki yang tampan, gagah, pintar, bisa menjadi raja, sakti mandraguna, berbakti dan disenangi sesama. Bathara Naradha menyanggupi permintaan mereka kemudian ia meninggalkan kedua pertapa tersebut dengan membarikan peringatan, yaitu “meninggalnya anakmu itu bersama dengan saudara laki-lakinya”. Sehingga setelah melahirkan anaknya yang diberi nama Danapati atau Danaraja, Wasrawa dan Lokathi pisah ranjang. Mereka berpisah supaya mereka tak lagi memiliki anak.
Danapati dijadikan raja menggantikan ayahnya saat usianya masih 10 tahun. Disaat Danapati telah menjadi raja, ia ingin menikah dengan seorang wanita bernama Dewi Sukesi. Dewi Sukesi merupakan anak dari Sumaryoso raja kerajaan Alengka.
Dewi Sukesi memiliki janji bahwa ia akan menikah dengan laki-laki yang dapat memaknai ilmu sastra jendra. Dengan demikian, Danapati meminta ayahnya untuk memenuhi keinginan Dewei Sukesi. Wirasrawa kemudian menghadap ke Dewi Sukesi untuk menghayati ilmu sastra jendra dengan maksud untuk melamarkan anaknya, Danapati.
Namun, Dewi Sukesi tak mau menikah dengan Danapati karena bukan Danapati sendiri yang memaknai ilmu sastra jendra di hadapannya. Dewi Sukesi ingin Wirasrawa sendiri yang menikahinya sesuai dengan janjinya sendiri. Jika Wirasrawa tak mau menikahinya ia mengancam akan bunuh diri.
Wirasrawa dalam keadaan dilema. Ia bagaikan makan buah simalakama. Jika ia bersedia menikahi Dewi Sukesi, ia akan mengkhianati sekaligus menyakiti anaknya sendiri. Namun, jika ia tak bersedia untuk menikahi Dewi Sukesi, Dewi Sukesi mengancam akan bunuh diri.
Seiring berjalannya waktu, Wirasrawa menghamili Dewi Sukesi. Karena hal itu, Wirasrawa memutuskan untuk memberikan semua ilmunya kepada Danapati. Kemudian ia memutuskan untuk bunuh diri dengan terjun ke dalam bara api. Sebelum menceburkan dirinya ke dalam bara api, Wirasrawa berpesan kepada Danapati untuk menyayangi anak yang ada dalam kandungan Dewi Sukesi karena anak tersebut tak lain adalah adik dari Danapati sendiri. Wirasrawa juga berpesan kepada Wisnukara yang tak lain adalah patihnya untuk tidak mengundurkan diri dari jabatan sebagai patih, meskipun ia telah meninggal. Wirasrawa sangat dekat dengan Wisnukara, karena itulah Wirasrawa bersedia memaknai sastra jendra.
Di sisi lain, Dewi Sukesi mengumpat Danapati. Danapati itu seorang raja muda yang cengeng. Sebagai seorang raja, ia masih merengek-rengek kepada ayahnya untuk dinikahkan dengan wanita yang diinginkannya hingga ayahnya rela mati untuk itu.
Pada cerita lain, Sukesa adik Dewi Sukesi ingin juga dapat memaknai ilmu sastra jendra. Namun, Dewi Sukesi melarangnya. Sukesa tetap nekad. Ia mengintip orang yang sedang memaknai ilmu sastra jendra. Alhasil, wajahnya yang pada mulanya tampan berubah menjadi buruk rupa seperti “buta”(dalam istilah pewayangan).
Sedangkan anak yang dilahirkan oleh Dewi Sukesi yang tak lain adalah anak dari Wirasrawa adalah “Dasamuka atau Rahwana”.

Hikmah yang dapat diambil adalah:
1.    “Ilmu kelakone kanthi laku” artinya adalah suatu ilmu itu bisa didapatkan oleh seseorang dengan jalan menjalani tahap untuk mendapatkan ilmu tersebut.
Ilmu itu jika dipelajari dengan niat yang tulus dan ikhlas dari hati dapat menjadikan hidup seseorang itu sentosa.
2. Orang yang mau menepati kata hatinya akan jauh dari berbagai macam angkara murka, yaitu antara hati dan mulut harus sesuai seperti Dewi Sukesi.
3. ilmu itu berguna dan mencelakakan, artinya ilmu berguna jika dimiliki oleh orang yang tepat. Tapi, ilmu akan mencelakakan jika dimiliki oleh orang yang tidak tepat.

*zalinggar* pecinta sastra


Tidak ada komentar:

Posting Komentar